Kamis, 01 Desember 2011

Melihat Diri


Saya berpikir keras saat ini, bagaimana (mungkin) ketika suatu niat, mental berbuah yang tidak diniatkan sama sekali bahkan amat tidak diinginkan. Pemberitaan tentang tewasnya seorang pemuda di sebuah café membuat konkret pada pikir. Tentu bukan ini yang diharapkan seseorang ketika mendatangi sebuah café. Lalu saya mencoba beradu pikir.
Munculnya tanya “bagaimana (mungkin)” tentu merupakan hal yang wajar sebagai sebuah ungkapan kepenasaranan. Kemudian ketika tanya itu tertuju pada yang bukan kuasa manusia, jawabnya tentu ‘mungkin saja’ karena apa yang tidak mungkin dari segala kehendak-Nya?
Di luar pembahasan tentang Yang Satu, saya tidak sedang mencari siapa yang benar dan siapa yang salah dalam peristiwa ini. Akan tetapi, yang jelas –di sini--  ada korban dan pelaku. Setelahnya tinggal rasa percaya hendak dititipkan ke siapa. Toh, fakta telah menjadi sejarah dan kebenaran sejarah dipegang oleh pelaku sejarah. Dalam hal ini, kedua pihaklah yang berperan sehingga tidak tertutup kemungkinan sedikitnya ada dua versi cerita (fakta).
Pengakuan salah seorang dari kelompok salah satu pihak jelas mengatakan bahwa keduanya memang “minum”. Hal ini bisa saja mengasumsikan bahwa keduanya sedang tidak dalam kesadaran penuh. Ada kesadaran lain yang membuat mereka kehilangan sedikit “mereka”. Jika asumsi ini benar, yang berwenang tentu lebih tahu tentang penyelesaian.
Hanya saja, yang sangat disayangkan adalah suatu niat berubah menjadi akibat yang kelewat. Kemudian melahirkan banyak tanda tanya. Mengapa harus ke café? Mengapa harus “minum”? Mengapa begitu mudah emosi meluap yang merajuk kalap?
Terlepas dari proses adil-mengadili, evaluasi tentu bernilai tinggi dari peristiwa ini. Bahwa semua pihak harus ambil bagian agar tidak (akan dan/atau lagi) turut mengalami dituntut di sini. Ke sampingkan dulu tentang usia dengan pergaulannya, orang tua dengan pengawasannya, serta pemilik usaha dengan kebertanggungjawabannya. Bukankah lebih mulia untuk mengintrospeksi diri dan mampu belajar dari hal di sekitar?
Jangan biarkan esensi dari apa yang akan dilakukan bertransformasi menjadi eksekusi ngeri. Oleh karena itu, perlu dilihat ketepatan dalam hal tempat dan waktu, setidaknya salah satu. Semoga taklagi ada yang turut ini jejak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar